BAB II
PEMBAHASAN AYAT
A. Makna
QS. Al- Isra ayat 70 dan QS. Al- Imran ayat 102
·
Teks dan terjemahan ayat
QS.
Al-Isra ayat 70
تَفْضِيلًاخَلَقْنَا مِّمَّنْ
كَثِيرٍ عَلَىٰ وَفَضَّلْنَاهُمْ الطَّيِّبَاتِ مِّنَ زَقْنَاهُم وَرَ وَالْبَحْرِالْبَرِّ
فِي وَحَمَلْنَاهُمْآدَمَ بَنِي كَرَّمْنَا وَلَقَدْ
Kami telah memberi
kehormatan kepada anak-anak Adam, Kami lengkapi mereka dengan sarana angkutan
di darat dan di laut; Kami beri mereka rezeki dari segala yang baik, dan Kami
utamakan mereka melebihi sebagian besar makhluk yang Kami ciptakan. (QS. Al-
Isra:70)
QS.
Al-Imran ayat 102
مُّسْلِمُوْنَ وَأَنْتُمْ إِلَّا تَمُوْتُنَّ وَلَا
تُقَاتِهِ، حَقَّ اللهَ اتَّقُوْا امَنُوا
ينَ الَّـذِ يَـآءَيُّها
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya. Janganlah sekali-kali kamu mati
melainkan dalam keadaan beragama Islam.”(QS.Ali-Imran:102)
B. Makna
mufradat
Ø Makna
Mufradat QS. Al-Isra ayat 70
Kata (كَرَّمْنَا) karramna terambil
dari akar kata yang terdiri dari huruf-huruf kaf, ra, dan mim, yang mengandung makna kemuliaan, serta keistimewaan sesuai objeknya.
Terdapat perbedaan antara (فَضَّلْنَا) fadhdhalna dan (كَرَّمْنَا)
karramnaa. Yang pertama terambil dari
kata (fadhalaa) fadhl, yakni kelebihan dan ini mengacu kepada
“penambahan” dari apa yang sebelumnya telah dimiliki secara sama oleh
orang-orang lain. Rezeki misalnya dijamin dan dianugerahkan Allah kepada semua
makhluk. Kelebihan rezeki kepada seseorang menjadikan ia memiliki melebihi
rezeki yang diberikan-Nya kepada orang lain dan ia mengakibatkan terjadinya
perbedaan antara seseorang dengan yang lain dalam bidang rezeki. Adapun yang
kedua, yakni karramnaa, maka seperti
dikemukakan di atas, ia adalah anugerah berupa keistimewaan yang sifatnya
internal. Dalam konteks ayat ini manusia dianugerahkan Allah keistimewaan yang
tidak dianugerahkan-Nya kepada selainnya dan itulah menjadikan manusia mulia serta harus dihormati dalam
kedudukannya sebagai manusia. Anugerah-Nya itu untuk semua dan lahir bersama
kelahirannya sebagai manusia, tanpa membedakan seseorang dengan yang lain.
Inilah yang menjadikan Nabi Muhammad saw. Berdiri menghormati jenazah seorang
Yahudi, yang ketika itu sahabat-sahabat Rasul saw menanyakan sikap beliau itu,
Nabi saw menjawab: “Bukankah yang mati itu juga manusia?”.
Ø Makna
mufradat QS. Al-Imran ayat 102
Istilah dan penggunaan kata
(اللهَ اتَّقُوْا). takwa selalu diawali
atau bergandengan dengan kata ”iman”, seperti surat Ali Imran/3:102 di atas,
juga perintah puasa. Ini menunjukkan bahwa orang bisa
melaksanakan ketakwaan karena atas dasar keimanannya. Sehingga, dalam konteks
ketakwaan inilah maka kita bisa memahami, mengapa keimanan sesorang bisa
bertambah dan berkurang. Untuk itu, dengan beriman dan bertakwa, Allah menjanjikan
hilangnya ketakutan dan kekhawatiran untuk melaksanakan perintah dan menjauhi
larangan-Nya dan kata (مُّسْلِمُوْنَ وَأَنْتُمْ) yang
berarti janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Islam. Artinya seluruh wujud
kita harus sudah menyatu dengan Islam, bukan hanya sekedar dilapisi atau
menampakkan diri ke luar saja.
C. Munasabah
Munasabah QS. Al-Isra ayat 70 dengan
ayat sebelumnya adalah dijelaskan bahwa sesudah itu Allah SWT menjelaskan bahwa
Dia berkuasa pula untuk mengembalikan orang-orang yang mengingkari
nikmat-nikmat Allah itu ke lautan kembali, setelah mereka merasa aman di darat
Allah SWT menyatakan bahwa apakah mereka itu merasa aman dari bencana yang akan
menimpa mereka di lautan setelah mereka sampai ke daratan. Allah berkuasa untuk
mengembalikan mereka ke lautan sekali lagi, dengan mengirim angin topan yang
sangat dahsyat, lalu angin itu menyapu mereka dari daratan, sehingga mereka
akan menenggelamkan mereka sebab pembangkangan mereka itu dan pada saat-saat
mereka mengalami musibah yang sangat dahsyat itu mereka tidak akan mendapatkan
seorangpun yang dapat menolong untuk melepaskan mereka dari siksa Allah.
Kemudian di ayat 70 dijelaskan bahwa Allah telah memuliakan Adam dengan raut
muka yang indah, potongan yang serasi dan diberi akal agar dapat menerima
petunjuk untuk berbudaya dan berpikir guna mencari keperluan hidupnya,
mengelola kekayaan alam dan menciptakan alat pengangkut di darat, di lautan
maupun di udara. Dan Allah telah memberikan rezeki yang baik-baik kepada mereka
itu, yang terdiri dari makanan yang di dapat dari tumbuh-tumbuhan dan binatang.
Dan di akhir ayat Allah SWT menegaskan bahwa Dia telah melebihkan mereka itu
dengan kelebihan yang sempurna dari kebanyakan makhluk lain yang
diciptakan-Nya.
Munasabah QS. Al-Imran ayat 102 dengan
ayat sebelumnya dijelaskan bahwa mengapa kaum Muslimin mengingkari Allah dan
mengikuti mereka ahli kitab itu, padahal mereka telah mendengar ayat-ayat Allah
yang dibacakan kepada mereka dan ayat-ayat itu adalah sumber petunjuk yang
mengandung segala macam kebaikan dan selalu menganjurkan supaya memelihara
keimanan, sedang Rasulullah saw sendiri masih berada di tengah-tengah
mereka sebagai lambang kebenaran, kebaikan dan persaudaraan. Maka pantaskah
orang-orang mukmin yang telah diberi anugerah oleh Allah sedemikian besarnya
mengikuti segolongan orang yang sudah ternyata sesat sebelumnya dan menyesatkan
pula orang banyak dan tetap tersesat dari jalan yang lurus ?oleh karena itu,
hendaklah seorang mukmin berpegang teguh kepada ajaran Allah dan Rasul-Nya.
Dengan demikian, akan terpelihara mereka dab selalu berada dalam lingkunganhidayah-Nya
dan tidak akan sesat untuk selama-lamanya sertta tidak akan merasa takut.
Kemudian di ayat selanjutnya yaitu ayat 102 bahwa Allah kembali menyerukan
kepada kaum muslimin. Bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benar takwa dengan
memenuhi segala daya dan kemampuan untuk melaksanakan perintah Allah dan
menjauhi larangan-Nya secara keseluruhan dan jangan sekali-kali mati melainkan
dalam keadaan memeluk agama Islam.
D. Asbab
Nuzul
Asbab Nuzul QS. Al
Imran ayat 102
Sebab-sebab turunnya surat ini yaitu
pada zaman jahiliyah sebelum Islam ada dua suku yaitu; Suku Aus dan Khazraj
yang selalu bermusuhan turun-temurun selama 120 tahun, permusuhan kedua suku
tersebut berakhir setelah Nabi Muhammad saw mendakwahkan Islam kepadda mereka,
pada akhirnya Suku Aus; yakni kaum Anshar dan Suku Khazraj hidup berdampingan
secara damai dan penuh keakraban.
Suatu ketika Syas Ibn Qais seorang
Yahudi melihat Suku Aus dengan suku Khazraj duduk bersama dengan santai dan
penuh keakraban, padahal sebelumnya mereka bermusuhan, Qais tidak suka melihat
keakraban dan kedamaian mereka, lalu dia menyuruh seorang pemuda
Yahudi duduk bersama Suku Aus dan Khazraj untuk menyinggung perang “Bu’ast”,
yang pernah terjadi antara kedua suku tersebut lalu masing-masing suku
terpancing dan mengagungkan sukunya masing-masing, saling caci maki dan
mengangkat senjata dan untung Rasulullah saw yang mendengar peristiwa tersebut
segera datang dan menasehati mereka. Apakah kalian termakan fitnah jahiliyah
itu, bukankah Allah telah mengangkat derajat kamu semua dengan agama Islam dan
menghilangkan dari kalian semua yang berkaiatan dengan jahiliyah?. Setelah
mendengar nasehat Rasul, mereka sadar, menangis dan saling berpelukan. Sungguh
peristiwa itu adalah seburuk-buruk sekaligus sebaik-baik peristiwa. Demikian
asbab nuzul QS.Al-Imran ayat 102 menurut sahabat Rasul.
E. Kandungan
Ayat
Ø QS.
Al-Isra ayat 70
Manusiamerupakan makhluk ciptaan
Allah yang diberi kelebihan serta keistimewaan. Dalam penciptaan manusia
dianugerahi akal, rupa yang indah dan bentuk badan yang serasi. Hal ini tentu
saja menjadi keutamaan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. Dalam konteks
ayat diatas, Allah memuliakan Bani Adam yaitu manusia. Kelebihan-kelibihan manusia dari
makhluk lain berupa fisik maupun non fisik. Manusia dianugerahi Allah
keistimewaan yang tidak diberikan kepada selainnya dan itulah yang menjadikan
manusia mulia serta harus dihormati walaupun ia telah menjadi mayat. Darah,
harta dan kehormatan manusia tidak boleh dialirkan dan dirampas begitu saja,
semua harus dihormati dan dimuliakan.
Sungguh besar rezeki yang diberikan
oleh Allah SWT. Tak ada sedikitpun yang kurang dari anugerah-Nya. Allah telah menyediakan semua yang dibutuhkan makhluk-Nya
sehingga manusia tidak mampu menghitung atas apa yang Allah karuniakan
kepadanya. Bahkan makhluk selain manusia seperti hewan melata di muka bumi
mendapat rezeki tanpa mengalami masalah dan kekurangan.
Untuk mendapatkan rezeki dari Allah,
tentu saja manusia juga harus berusaha dengan sungguh-sungguh. Rezeki itu tidak datang dengan sendirinya, perlu daya dan uapaya untuk
memperolehnya dengan doa dan tawakkal. Dalam
pemanfaatannya pun harus disertai rasa syukur dan senantiasa mengharap
ridho-Nya.
Allah juga menundukkan segala
sesuatu yang ada di darat maupun di laut untuk memberi manfaat bagi kehidupan
manusia. Manusia diberi petunjuk untuk menciptakan sarana transportasi untuk
memenuhi kebutuhannya. Jika kita lihat di zaman modern ini, manusia tidak perlu
berjalan kaki untuk melintasi daratan, tidak perlu berenang untuk mengarungi
luasnya samudera karena semua itu dapat ditempuh dengan menggunakan berbagai
macam alat transportsai dari yang biasa saja maupun yang super canggih
sekalipun.
Kemuliaan dari manusia dapat
dibuktikan dengan tujuan diciptakannya yaitu khalifah fil ardh. Mengemban tugas
sebagai khalifah di muka bumi tentu saja tidak mudah. Dalam hal ini, manusia
harus memelihara keseimbangan lingkungan hidup dan lingkungan sosial. Untuk
proses pemeliharaan tersebut harus berfikir dan mengerahkan seluruh
kemampuannya, maka dari itu Allah anugerahkan kepada manusia akal yang mampu
menyerap pengetahuan serta memecahkan sesuatu persoalan.
Ø QS.
Al- Imran ayat 102
Segala
kesempurnaan seperti keimanan, pengetahuan dan ketakwaan memiliki
tingkatan-tingkatan. Ada tahap-tahap elementer dan tahap-tahap yang lebih
tinggi daripada itu, sampai dengan kesempurnaan absolut. Misalnya, kita membaca
al-Quran yang menyatakan, wahai tuhan,
tingkatkanlah pengetahuanku![1]
Atau dalam Makarimul Akhlaq, sebuah
(kitab) doa, kita memohon kepada Tuhan, dengan membaca, “Wahai Tuhan!.
Perluaslah keimananku menjadi keimanan yang sempurna.”[2]
Dan,
di ayat yang disebutkan, di atas, kita membaca, bertakwalah kepada Allah sebagaimana yang menjadi hak-Nya.... Imam
Shadiq as, dalam hal ini, berkata, “Ketakwaan yang benar adalah fakta bahwa
Allah harus ditaati dan bukan untuk tidak ditaati; untuk diingat dan bukan
untuk dilupakan dan bukan untuk disyukuri dengan tanpa terima kasih.”[3]
Hal ini menunjukkan bahwa ada beberapa tahap dan langkah-langkah dalam
ketakwaan.
BAB III
B. Bagaimana bentuk kehormatan dan kemuliaan
manusia serta bentuk Takwanya kepada
Allah SWT ?
QS.
Ali Isra ayat 70
تَفْضِيلًا خَلَقْنَا مِّمَّنْ
كَثِيرٍ عَلَىٰ وَفَضَّلْنَاهُمْ الطَّيِّبَاتِ مِّنَ زَقْنَاهُم وَرَ وَالْبَحْرِالْبَرِّ
فِي وَحَمَلْنَاهُمْ آدَمَ بَنِي كَرَّمْنَا وَلَقَدْ
Kami telah memberi
kehormatan kepada anak-anak Adam, Kami lengkapi mereka dengan sarana angkutan
di darat dan dilaut; Kami beri mereka rezeki dari segala yang baik, dan Kami
utamakan mereka melebihi sebagian besar makhluk yang Kami ciptakan[4].
Allah Ta’ala mengabarkan bahwa Dia telah memuliakan anak Adam karena Dia
menciptakan mereka dalam bentuk yang sebaik-baiknya dan sempurna, seperti
firman-Nya yang terdapat dalam QS. At-Tiin: 4 yang artinya “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”
. Maksudnya, diantara kesempurnaan tersebut ialah mampu berdiri tegak
diatas kedua kakinya dan makan dengan kedua tangannya. Sedangkan binatang yang
lainnya, Allah jadikan berjalan dengan empat kakinya dan makan langsung dengan
mulutnya. Selain itu, Allah juga menjadikan untuk manusia indera pendengaran,
penglihatan dan hati, sehingga ia dapat memahami, memanfaatkan dan membedakan
segala sesuatu, yang baik maupun yang buruk, yang berhubungan dengan agama
maupun yang berkaitan dengan dunia.
Diantara bentuk kemuliaan yang lain,
(wahammalnaa hum filbarri) “Kami angkut
mereka di daratan” di atas hewan tunggangan, seperti kuda dan baghal[5],(walbahri)”Dan di lautan, yakni di atas kapal besar
maupun perahu kecil, (warazaqnaa hum minattayyibaati) “Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik” seperti;
tanaman-tanaman, buah-buahan, daging, susu, dan segala macam pangan lainnya
yang lezat dan menggiurkan. Dia mengaruniakan pemandangan-pemandangan yang
indah, pakain dan perhiasan yang mahal dengan segala macam model dan warna,
baik hasil karya tangan mereka sendiri, maupun yang diimpor dari negeri lain.
(wafaddalnaa hum ‘ala katsirimmimman khalaqnaa tafdiilaa) “Dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan
makhluk(lain) yang telah kami ciptakan. “Maksudnya, manusia itu Kami
lebihkan dari seluruh binatang dan makhluk ciptaan Allah yang lainnya. Ayat ini
pun dijadikan dalil bahwa bangsa manusia lebih baik daripada bangsa Malaikat.
QS.
Al-Imran ayat 102
مُّسْلِمُوْنَ وَأَنْتُمْ إِلَّا تَمُوْتُنَّ وَلَا
تُقَاتِهِ، حَقَّ اللهَ اتَّقُوْا امَنُوا
ينَ الَّـذِ يَـآءَيُّها
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya. Janganlah sekali-kali kamu mati
melainkan dalam keadaan beragama Islam.
Inila
pilar tempat tegaknya kaum muslimin yang dengan ini mereka dapat menunaikan
peranannya yang berat dan besar. Apabila roboh maka di sana sudah tidak ada
kaum muslimin, hingga perananya tidak dapat ditunaikan.
Pilar
iman dan takwa hingga wafat menghadap Allah yang Maha Luhur. Takwa yang kekal
dan sadar, yang tak pernah terlupakan dan tak pernah loyo sedikit pun selama
hidup hingga tiba ajal,
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya.”
Bertakwalah
kepada Allah karena memang sudah menjadi hak-Nya agar manusia bertakwa
kepada-Nya. Takwa tidak terbatas waktunya hingga menimbulkan keinginan dalam
hati untuk berusaha mencapainya dalam waktu tertentu itu, sebagaimana yang
digambarkan dan dibayangkan orang. Apabila hati sudah memasuki jalan takwa,
maka akan terbukalah baginya cakrawala yang luas dan akan timbullah
kerinduan-kerinduan. Semakin dekat seseorang dengan ketakwaannya kepada Allah,
maka akan semakin kuatlah kerinduan kepada kedudukan tertinggi yang dapat
dicapainya dan ketingkatan setelahnya. Maka, akan sampailah hatinya ke
maqam(posisi) kesadaran hingga tidak tidur dan terlena lagi.
“janganlah sekali-kali kamu mati melainkan
dalm keadaan beragama Islam.”
Kematian
adalah urusan gaib yang manusia tidak tahu kapan terjadi pada dirinya. Barang
siapa yng ingin mati sebagai seorang muslim, maka jalannya ialah sejak awal ia
harus menjadi dan setiap saat haruslah sebagai orang muslim. Disebutkannya
Islam sesudah takwa mengandung makna yang luas. Yakni, tunduk, menyerahkan diri
kepada Allah, taat kepada-Nya, mengikuti manhaj-Nya
dan berhukum kepada kitab-Nya. Inilah makna yang ditetapkan oleh surah ini
secara keseluruhan dan pada semua tempatnya, sebaimana yang kami kemukakan.
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian
diatas tentang Qs. Al-Isra’ ayat 70 dan Qs. Al-Imran ayat 102 dapat Kami
berikan kesimpulan bahwa surah Al-Isra’ ayat 70 berisi tentang keistimewaan dan
kemuliaan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah. Dimana dalam penciptaannya,
manusia dikaruniai akal, rupa yang indah, tubuh yang serasi dan lain
sebagainya.
Kemudian Qs.
Ali-Imran ayat 102 sesungguhnya kita sebagai umat manusiasangat memerlukan pendidikan dan
pengajaran demi mencapai hidup yang jauh lebih baik.
Untuk mencapai hal-hal tersebut perlu kita bangkitkan rasa semangat dan
dorongan untuk tetap senantiasa berusaha, maju dan istiqomah dalam menjalankan
visi dan misi hidup kita. Tak lupa pula, senantiasalah beriman dan bertakwa
hanya kepada Allah SWT. Agar hidup kita penuh ridho dan
berkah serta apa yang kita lakukan bermanfaat dan lebih ke arah positif.
Sebagai hamba Rasulullah SAW, kita perlu mengikuti jejak-Nya serta melakukan apa
yang diajarkan dan menjauhi apa saja yang dilarang-Nya. Karena sesungguhnya
akhlak seseorang hanya tergantung pada apa yang dilakukannya. Jika kebaikan
yang dia lakukan berarti baik pula akhlaknya, begitu pula sebaliknya jika
kejahatan yang dia lakukan maka jahat pula akhlaknya.
Kesimpulan terakhir dari uraian
diatas bahwa saya mengajak kepada saudaraku sekalian bahwa senantiasalah
percaya diri dalam beriman dan bertakwa agar apa yang kita lakukan di dunia ini
tidak sia-sia dan kepada orang yang senantiasa berlaku baik telah Allah
janjikan tempat yang baik bagi-Nya di akhirat kelak.
B.
Saran
Ada
beberapa saran dalam penulisan Makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Setiap
hari kita harus meningkatkan diri menuju tingkatan yang lebih tinggi.
2. Sekedar
keimanan saja tidak cukup, tetapi tetap beriman merupakan syarat wajib. Permulaan
tidak begitu penting sedangkan tahap akhirnya lebih penting.
3. Islam
bukan hanya mengajarkan bagaimana untuk hidup, tetapi juga mengajarkan
bagaimana cara untuk mati.
4. Ketakwaan
adalah kunci satu-satunya bagi kebaikan nasib
DAFTAR
PUSTAKA
v Imani, Alamah Kamal Faqih. 2003. Tafsir Nurul Quran (jilid 3). Jakarta:Al-Huda.
v Ali, Abdullah Yusuf. 1993. Quran Terjemahan dan Tafsirnya. Jakarta:Pustaka Firdaus.
v Shihab, M. Quraish. 2000. Al Misbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Quran. Jakarta. Lentera
Hati.
v Quthb, Sayyid. 2001. Tafsir Fi Zhilali Quran jilid 2. Jakarta: Darusy-Syuruq, Beruit.
v Al-Mubarakfuri, Syaikh Shafiyyurrahman. Al Mishbaahul Muniir Fii Tahdziibi Tafsiiri
Ibnu Katsir jilid 5. Jakarta: Pustaka.
[1] QS. Thaha:114
[4]ABDULLAH YUSUF ALI, QUR’AN TERJEMAHAN DAN TAFSIRNYA, CET. 1. JUZ I s/d
XV, JAKARTA : PUSTAKA FIRDAUS, 1993 Hlm 714. Martabat
dan kehormatan yang dianugerahkan Allah kepada manusia dipaparkan kembali untuk
memperkuat adanya kewajiban dan tanggung jawab manusia yang seimbang. Dia
diberi kedudukan melebihi makhluk hewan; ia dianugerahi bakat, sehingga dengan
demikian ia dapat mengangkut dirinya sendiri dari tempat ke tempat yang lain,
melalui darat, laut, dan sekarang dengan udara. Segala sarana untuk mendapatkan
rezeki serta pertumbuhan setiap bagian kodratnya disediakan oleh Allah; dan
segala kemampuan rohaninya (anugerah Tuhan yang terbesar) dapat mengangkat
martabatnya melebihi sebagian besar makhluk Allah. Kalau begitu, belum jugakah
ia dapat memahami tujuannya yang mulia dan karenanya harus bersiap-siap
menghadapi hidup yang sebenarnya di akhirat kelak ?
[5][Keturunan dari hasil persilangan antara kuda (jantan) dengan keledai
(betina)].
SAYA INGIN BERBAGI CERITA KEPADA SEMUA SAUWDARA2 PARA PECINTA TOGEL.BAHWA.HALL YANG TIDAK PERNAH TERBAYANGKAN KINI MENJADI KENYATAAN.DENGAN KELUARGA SAYA.UNTUK (MBAH,SIGIT ) KAMI UCAPKAN BANYAK TERIMAH KASIH.KARNA BERKAT BANTUANG ( MBAH,SIGIT ) ALHAMDULILLAH SAYA.BISA LEPAS DARI SEGALA HUTANG2.KARNA ANGKA GHAIB.HASIL RITUAL ( MBAH,SIGIT ) YANG DIA BERIKAN KEPADA SAYA YAITU.4D (0228) BENAR2 TERBUKTI 100% TEMBUS DAN SAYA MEMENANGKAN.49juta.ALLHAMDULILLAH SAYA BISA MELUNASI SEMUA HUTANG2 SAYA.DAN KAMI JUGA SUDA MEMBUKA USAHA KECIL KECILAN..INI SEMUA BERKAT BANTUANG ( MBAH,SIGIT ) WALAUPUN INI SEMUA SANGAT SEDERHANA.KAMI TETAP MENSUKURI SEMUA NYA.KAMI TIDAK MENYANGKA ( MBAH,SIGIT ) TELAH MERUBAH NASIB.KAMI HANYA SEKEJAP.INI ADALAH KISAH NYATA DARI SAYA.JIKA ANDA INGIN MENDAPATKAN ANGKA GHAIB HASIL RITUAL( MBAH,SIGIT ) YANG DI JAMIN 100% TEMBUS.SILAHKAN ANDA HUBUNGI LANGSUNG ( MBAH,SIGIT ) DI GUNUNG UWENTIRA.DI NOMOR(_0_8_5_3_2_2_9_0_3_8_8_9_) JIKA ANDA PENUH KEPERCAYAAN DAN KEYAKINAN SILAHKAN ANDA BUKTIKAN SENDIRI.DAN SAYA SANGAT YAKIN BAHWA ANGKA GHAIB YANG DI BERIKAN ( MBAH,SIGIT ) DAPAT MERUBAH NASIB ANDA SEPERTI SAYA,TERIMAH KASIH wassalam.…
BalasHapus