Perilaku kolektif adalah suatu perilaku
yang tidak biasa , sehingga perilaku kolektif dapat diartikan sebagai suatu
tindakan yang relatif spontan, tidak terstruktur dan tidak stabil dari
sekelompok orang, yang bertujuan untuk menghilangkan rasa ketidakpuasan dan
kecemasan. Secara teoritis perilaku kolektif dapat dijelaskan dari berbagai
sudut teori antara lain teori penyebaran, teori interaksionis, teori
emergent-norm dan teori value-added.
Teori Perilaku Kolektif
Teori perilaku kolektif
mencoba menjelaskan tentang kemunculan aksi sosial. Aksi sosial merupakan
sebuah gejala aksi bersama yang ditujukan untuk merubah norma dan nilai dalam
jangka waktu yang panjang. Pada sistem sosial seringkali dijumpai ketegangan
baik dari dalam sistem atau luar sistem. Ketegangan ini dapat berwujud konflik
status sebagai hasil dari diferensiasi struktur sosial yang ada. Teori ini
melihat ketegangan sebagai variabel antara yang menghubungkan antara hubungan
antar individu seperti peran dan struktur organisasi dengan perubahan sosial.
Perubahan pola hubungan antar individu
menyebabkan adanya ketegangan sosial yang dapat berupa kompetisi atau konflik
bahkan konflik terbuka atau kekerasan. Kompetisi atau konflik inilah yang
mengakibatkan adanya perubahan melalui aksi sosial bersama untuk merubah norma
dan nilai.
Pada umumnya warga masyarakat cenderung
berperilaku dengan berpedoman pada institusi yang ada dalam masyarakat.
Perilaku di pasar dituntun oleh institusi di bidang ekonomi, perilaku di tempat
ibadah dituntun oleh institusi di bidang agama, perilaku di forum atau di
mimbar organisasi politik mengacu pada institusi di bidang politik, perilaku di
ruang kuliah mengacu pada institusi di bidang pendidikan, perilaku pada upacara
penyerahan maskawin dipengaruhi oleh institusi di bidang keluarga. Namun pada
kenyataannya kadang kala sejumlah warga masyarakat secara berkelompok ataupun
berkerumun menampilkan perilaku yang tidak berpedoman pada institusi yang ada.
Definisi perilaku kolektif di atas dapat
disimpulkan dari definisi tersebut bahwa perilaku kolektif adalah perilaku yang
(1) dilakukan bersama oleh sejumlah orang (2) bersifat spontanitas dan tidak
terstruktur (3) tidak bersifat rutin, dan (4) merupakan tanggapan terhadap
rangsangan tertentu.
Perilaku kolektif merupakan perilaku menyimpang
namun berbeda dengan perilaku menyimpang karena perilaku kolektif merupakan
tindakan bersama oleh sejumlah besar orang, bukan tindakan individu
semata-mata. Bila seseorang melakukan pencurian di suatu toko, maka hal ini
termasuk suatu perilaku menyimpang, namun bila sejumlah besar orang secara
bersama-sama menyerbu toko-toko dan pusat-pusat perdagangan untuk melakukan
pencurian atau penjarahan (sebagaimana di sejumah kota di Pulau Jawa pada tahun
1998 dan 1999), maka hal ini termasuk suatu perilaku kolektif. Perilaku
kolektif meliputi perilaku kerumunan (crowd) dan gerakan sosial (civil
society). Rangsangan yang memicu terjadinya perilaku kolektif bisa bersifat
benda, peristiwa maupun ide.
Macam-macam perilaku kolektif:

Secara deskriptif Milgram (1977) melihat kerumunan (crowd) sebagai
1. Sekelompok orang yang membentuk agregasi (kumpulan)
2. Jumlahnya semakin lama semakin meningkat
3. Orang-orang ini mulai membuat suatu bentuk baru (seperti
lingkaran)
4. Memiliki distribusi diri yang bergabung pada suatu saat dan
tempat tertentu dengan lingkaran (boundary) yang semakin jelas
5. Titik pusatnya permeable dan saling mendekat.
Ada beberapa bentuk kerumunan (Crowd) yang ada dalam masyarakat:
1. Temporary Crowd : orang yang berada pada situasi saling
berdekatan di suatu tempat dan pada situasi sesaat
2. Casual Crowd : sekelompok orang yang berada di ujung jalan dan
tidak memiliki maksud apa-apa
3. Conventional Crowd : audience yang sedang mendengarkan ceramah
4. Expressive Crowd: sekumpulan orang yang sedang nonton konser
musik yang menari sambil sesekali ikut melantunkan lagu
5. Acting Crowd atau rioting crowd : sekelompok massa yang
melakukan tindakan kekerasan
6. Solidaristic Crowd: kesatuan massa yang munculnya karena
didasari oleh kesamaan ideology

Adalah kerumunanan (Crowds) yang emosional yang
cenderung melakukankekerasan/penyimpangan (violence) dan tindakan
destruktif. Umumnya mereka melakukan tindakan melawan tatanan sosial yang ada
secara langsung. Hal ini muncul karena adanya rasa ketidakpuasan,
ketidakadilan, frustrasi, adanya perasaan dicederai oleh institusi yang telah
mapan atau lebih tinggi. Bila mob ini dalam skala besar, maka bentuknya menjadi
kerusuhan massa. Mereka melakukan pengrusakan fasilitas umum dan apapun yang
dipandang menjadi sasaran kemarahanannya.

Adalah bentuk perilaku kolektif yang tindakannya
merupakan reaksi terhadap ancaman yang muncul di dalam kelompok tersebut.
Biasanya berhubungan dengan kejadian-kejadian bencana (disaster). Tindakan
reaksi massa ini cenderung terjadi pada awal suatu kejadian, dan hal ini tidak
terjadi ketika mereka mulai tenang. Bentuk lebih parah dari kejadian panik ini
adalah Histeria Massa. Pada histeria massa ini terjadi kecemasan yang
berlebihan dalam masyarakat. misalnya munculnya isue tsunami, banjur.

Adalah suatu informasi yang tidak dapat
dibuktikan, dan dikomunikasikan yang muncul dari satu orang kepada orang lain
(isu sosial). Umumnya terjadi pada situasi dimana orang seringkali kekurangan
informasi untuk membuat interpretasi yang lebih komprehensif. Media yang
digunakan umumnya adalah telepon.

Adalah sekelompok orang yang memiliki pendapat
beda mengenai sesuatu hal dalam masyarakat. Dalam opini publik ini antara
kelompok masyarakat terjadi perbedaan pandangan / perspektif. Konflik bisa
sangat potensial terjadi pada masyarakat yang kurang memahami akan masalah yang
menjadi interes dalam masayarakat tersebut. Contoh adalah adanya perbedaan pendangan
antar masyarakat tentang hukuman mati, pemilu, penetapan undang-undang
tertentu, dan sebagainya. Bentuknya biasanya berupa informasi yang beda, namun
dalam kenyataannya bisa menjadi stimulator konflik dalam masyarakat.

Adalah informasi atau pandangan yang sengaja
digunakan untuk menyampaikan atau membentuk opini publik. Biasanya diberikan
oleh sekelompok orang, organisasi, atau masyarakat yang ingin tercapai
tujuannya. Media komunikasi banyak digunakan untuk melalukan propaganda ini.
Kadangkala juga berupa pertemuan kelompok (crowds).Penampilan dari public
figure kadang kala menjadi senjata yang ampuh untuk melakukan proraganda ini.
Bentuk penyimpangan kolektip :
1. Tindak Kenakalan
Suatu kelompok yang didonimasi oleh orang-orang
yang nakal umumnya suka melakukan sesuatu hal yang dianggap berani dan keren
walaupun bagi masyarakat umum tindakan trsebut adalah bodoh, tidak berguna dan
mengganggu. Contoh penyimpangan kenakalan bersama yaitu seperti aksi
kebut-kebutan di jalan, mendirikan genk yang suka onar, mengoda dan mengganggu
cewek yang melintas, corat-coret tembok orang dan lain sebagainya.
2. Tawuran / Perkelahian Antar Kelompok
Pertemuan antara dua atau lebih kelompok yang
sama-sama nakal atau kurang berpendidikan mampu menimbulkan perkelahian di
antara mereka di tempat umum sehingga orang lain yang tidak bersalah banyak
menjadi korban. COntoh : tawuran anak sma 70 dengan anak sma 6, tawuran
penduduk berlan dan matraman, dan sebagainya.
3. Tindak Kejahatan Berkelompok / Komplotan
Kelompok jenis ini suka melakukan tindak
kejahatan baik secara sembunyi-sembunyi maupun secara terbuka. Jenis
penyimpangan ini bisa bertindak sadis dalam melakukan tindak kejahatannya
dengan tidak segan melukai hingga membunuh korbannya. Contoh : Perampok,
perompak, bajing loncat, penjajah, grup koruptor, sindikat curanmor dan
lain-lain.
- Penyimpangan Budaya
Penyimpangan kebudayaan adalah suatu bentuk
ketidakmampuan seseorang menyerap budaya yang berlaku sehingga bertentangan
dengan budaya yang ada di masyarakat. Contoh : merayakan hari-hari besar negara
lain di lingkungan tempat tinggal sekitar sendirian, syarat mas kawin yang
tinggi, membuat batas atau hijab antara laki-laki dengan wanita pada acara
resepsi pernikahan, dsb.
bagaimana pengaruhnya terhadap pola pikir masyarakat yang tengah menghadapi perilaku semacam itu
BalasHapus